flamigra tablet salut enterik

Flamigra obat apa?

Flamigra adalah obat untuk meredakan peradangan dan nyeri ringan hingga sedang serta demam pada beberapa kondisi seperti nyeri dan radang akibat luka, nyeri haid, nyeri sendi (arthritis), asam urat, nyeri akibat peradangan dan infeksi pada saluran telinga, hidung dan tenggorokan, nyeri akibat batu ginjal atau batu empedu serta nyeri dan peradangan lainnya.

Bahan aktif Flamigra berupa diclofenac sodium atau kalium diklofenak merupakan obat dari golongan anti inflamasi non steroid (OAINS) yang memiliki kemampuan anti inflamasi (anti peradangan), analgetik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam). Obat ini bekerja dengan mempengaruhi enzim siklooksigenase yang berperan penting dalam pembentukan prostaglandin. Terhambatnya produksi prostaglandin dapat mengurangi efek peradangan dan nyeri.

Ringkasan Obat Flamigra

KandunganDiclofenac sodium (kalium diklofenak) 50 mg
Jenis obatOAINS, analgetik
KategoriObat keras
KegunaanMeredakan peradangan dan nyeri ringan hingga sedang serta meredakan demam pada beberapa kondisi seperti arthritis, luka, nyeri dan inflamasi pasca operasi, nyeri pada infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan serta nyeri dan peradangan lainnya
KonsumenDewasa dan anak-anak
KehamilanKategori C (hindari) untuk kehamilan di bawah 30 minggu, Kategori D (dilarang) untuk kehamilan di atas 30 minggu
ProdusenGraha Farma
HargaRp. 3.500 – 4.000 per strip isi 10 tablet, per box isi 5 strip

Cara Kerja dan Fungsi Obat Flamigra

Fungsi Flamigra dalam tubuh adalah sebagai pereda nyeri ringan hingga sedang, peradangan dan demam. Manfaat ini didapat dari bahan aktifnya yang berupa kalium diklofenak. Senyawa obat ini merupakan turunan dari asam phenylacetid yang masuk golongan OAINS.

Kalium diklofenak dapat menghambat kerja enzim siklooksigenase 1 dan 2, enzim ini berperan penting dalam pembentukan prostaglandin. Sementara prostaglandin berkontribusi pada proses peradangan dan munculnya nyeri. Dengan begitu peradangan dan nyeri dapat dikurangi. Karena itu, diklofenak kerap digunakan sebagai obat lini pertama untuk mengatasi nyeri dan peradangan akut maupun kronis.

Kalium diklofenak juga dapat masuk pada mempengaruhi otak terutama pada pusat pengendali panas di hipotalamus. Akibatnya yang ditimbulkan berupa pelebaran pembuluh darah, terutama di pembuluh darah bawah kulit yang memicu pelepasan panas tubuh sehingga demam dapat diredakan.

Indikasi dan Kegunaan Flamigra

Flamigra digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi yang memicu peradangan dan nyeri serta demam seperti berikut ini:

  • Sakit gigi.
  • Sakit kepala.
  • Migrain akut.
  • Reumathoid arthritis.
  • Spondilitis ankilosa (peradangan pada sendi besar).
  • Osteoarthritis.
  • Nyeri dan peradangan pasca operasi.
  • Dismenore primer.
  • Nyeri otot akut.
  • Nyeri dan peradangan akibat infeksi telinga, hidung dan tenggorokan.
  • arhtritis pada anak-anak.

Kontraindikasi

Orang dengan kondisi tertentu tidak diperbolehkan mengonsumsi Flamigra karena akan meningkatkan risiko efek samping yang membahayakan, kondisi tersebut diantaranya:

  • Orang dengan riwayat hipersensitivitas terhadap diklofenak atau obat jenis OAINS lainnya.
  • Penderita asma yang sensitif terhadap aspirin, gagal jantung sedang hingga berat, penyakit jantung iskemik, penyakit arteri perifer, penyakit serebrovaskular, tukak, perforasi dan perdarahan saluran cerna.
  • Penderita gangguan fungsi hati dan ginjal berat.
  • Wanita hamil pada trimester ke-3.

Dosis Flamigra dan Aturan Pakai

Peringatan! Pastikan dosis yang Anda gunakan sesuai dengan instruksi dokter dengan mempertimbangkan keparahan penyakit, usia, berat badan, dsb. Dosis yang tertera di sini adalah dosis umum.

Dosis Flamigra untuk mengatasi nyeri akut

  • Dosis dewasa: 50 mg, 2 – 3 kali sehari.
  • Dosis anak-anak: anak umur lebih dari 14 tahun, 25 mg 3 kali sehari atau 50 mg 2 kali sehari.

Dosis Flamigra untuk dismenore primer

  • Dosis dewasa: 50 mg 3 kali sehari.

Dosis Flamigra untuk mengatasi nyeri dan demam akibat infeksi telinga, hidung dan tenggorokan

  • Dosis dewasa dan anak-anak: umur lebih dari 9 tahun, 2 mg/kkBB dibagi dalam 3 dosis.

Dosis Flamigra untuk mengatasi nyeri sendi

  • Dosis dewasa: 50 mg, 2 – 3 kali sehari. Maksimal 150 mg  per hari.
  • Dosis anak-anak: anak umur lebih dari 14 tahun, 25 mg 3 kali sehari atau 50 mg 2 kali sehari.

Aturan pakai:

  • Gunakanlah obat ini setelah atau bersamaan dengan makan.
  • Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
  • Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
  • Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis Flamigra pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.

Efek Samping Flamigra

Flamigra umumnya ditoleransi degan baik oleh tubuh. Namun, beberapa efek samping mungkin muncul dan perlu diperhatikan. Efek samping Flamigra meliputi:

  • Retensi natirum dan cairan.
  • Edema.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Gangguan fungsi hati (peningkatan enzim transaminase).
  • Anemia.
  • Hiperkalemia.
  • Gangguan fungsi darah.
  • Mual dan muntah.
  • Perut kembung.
  • Nyeri dada.

Efek Overdosis Flamigra

Penggunaan dosis tinggi melebihi anjuran dapat menyebabkan overdosis. Gejala overdosis Flamigra dapat berupa mual dan muntah parah, lesu, nyeri epigastrik, pendarahan saluran cerna yang ditandai nyeri perut dan feses berdarah, gagal ginjal akut, depresi pernapasan, koma. Jika kondisi ini terjadi segera bawa penderita ke unit kesehatan terdekat agar mendapat pertolongan tepat sesegera mungkin.

Peringatan dan Perhatian

Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-hal dibawah ini:

  • Sampaikan pada dokter atau apoteker Anda jika pernah mengalami reaksi alergi saat mengonsumsi obat dengan kandungan diklofenak atau jenis OAINS lainnya seperti aspirin, asam mefenamat atau ibuprofen.
  • Hati-hati menggunakan obat ini pada penderita gangguan fungsi pencernaan seperti tukak, perforasi dan perdarahan saluran cerna.
  • Hati-hati penggunaan pada orang dengan risiko penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, gagal jantung iskemik, edema, hiperlipidemia, dan diabetes melitus, penderita asma, PPOK, dehidrasi, rhinitis, infeksi saluran pernapasan, serta gangguan fungsi hati dan ginjal ringan.
  • Perhatian lebih harus diberikan untuk penggunaan pada anak-anak, ibu hamil di trimester 2, dalam masa menyusui, serta perokok aktif.
  • Hindari penggunaan jangka panjang untuk terapi nyeri akibat migrain.

Kehamilan dan Menyusui

Bolehkah Flamigra untuk ibu hamil?

Bahan aktif Flamigra berupa natrium diklofenak masuk dalam golongan obat kategori C untuk ibu hamil di bawah 30 minggu masa kehamilan. Sementara untuk ibu hamil di atas 30 minggu masa kehamilan obat ini masuk kategori D.

Obat ketegori D berarti terbukti menimbulkan resiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat dipertimbangkan (misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan).

Oleh karena itu penggunaan Flamigra sebaiknya dihindari selama masa kehamilan terutama pada umur kehamilan lebih dari 30 minggu atau pada trimester ke-3.

Bolehkah Flamigra untuk ibu menyusui?

Bahan aktif Flamigra diketahui dapat masuk dan mengontaminasi ASI ibu menyusui. Meskipun risiko kesehatan pada bayi yang menyusu belum diketahui secara jelas. Namun untuk menghindari risiko yang ditimbulkan maka sebaiknya obat ini dihindari selama masa menyusui.

Interaksi Obat

Hati-hati saat menggunakan Flamigra bersamaan dengan obat lain. Interaksi dapat terjadi antara Flamigra dengan obat-obat berikut:

  • Obat kortikosteroid, meningkatkan risiko tukak, perforasi dan pendarahan saluran pencernaan.
  • OAINS dan antikoagulan, meningkatkan risiko tukak saluran cerna yang dapat berakibat fatal.
  • Obat jenis cardiac glikosida, meningkatkan risiko gangguan fungsi jantung.
  • Diuretik, ACE Inhibitor, tacrolimus, siklosporin, meningkatkan risiko hiperkalemia serta toksisitas ginjal.
  • Mifepriston, mengurangi efektivitas mifepriston.
  • Lithium, digoksin, methotrexate, phenytoin, meningkatkan risiko toksisitas obat.