Acetylcysteine obat apa?
Acetylcysteine adalah obat golongan mukolitik untuk mengencerkan dahak yang kental dan tebal pada saluran pernapasan. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengatasi keracunan akibat overdosis acetaminophen/paracetamol.
Acetylcysteine berfungsi memecah ikatan zat yang membuat dahak kental sehingga menghasilkan dahak yang lebih encer dan menjadi mudah dikeluarkan.
Ringkasan Obat Acetylcysteine
Jenis obat | Mukolitik/pengencer dahak |
Kategori | Obat keras |
Kegunaan | Mengencerkan dahak di saluran pernapasan |
Konsumen | Dewasa dan anak-anak |
Kehamilan | Kategori B (boleh) |
Sediaan | Kapsul: Acetylcysteine 200 mg. Granul: Fluimucil 200 mg/sachet. Sirup kering: Fluimucil 100 mg/5 ml. Cairan inhalasi: Fluimucil 100 mg/ml. Tablet effervescent: Fluimucil 600 mg. Cairan injeksi: Hidanoc 200 mg. |
Merek | Acetylcysteine, Mukosil, Alstein, N-Ace, Cecyl, N-Ace, Dorbigot, Nytex, Nytex, Pectocil, Fluimucil, Pectocil, Simucil, Siran, Fluimucil Pediatric, Siran Forte, Hidonac, Sistenol, Mucylin |
Cara Kerja dan Fungsi Obat Acetylcysteine
Fungsi Acetylcysteine dalam tubuh yaitu mengencerkan dahak. Hal ini berkat kandungan sulfidril bebas yang mampu memecah ikatan sulfida dalam mukoprotein pada dahak kental. Hasilnya, viskositas atau kekentalan dahak menurun dan menjadikannya lebih encer sehingga mudah dikeluarkan saat batuk.
Dalam kasus lain Acetylcysteine dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor, yakni melindungi organ hati dari efek overdosis parasetamol. Cara kerjanya, yaitu mengembalikan glutathion hati yang berkurang dan meningkatkan konjugasi sulfat nontoksik dengan paracetamol sehingga menurunkan efek keracunan yang terjadi.
Indikasi dan Kegunaan Acetylcysteine
Acetylcysteine digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental dan tebal di saluran pernapasan yang disebabkan oleh beberapa penyakit berikut ini:
- Bronkitis.
- Emfisema.
- Bronkokiektasis.
- Pneumonia.
- Bronkitis.
- Trakeobronkitis.
- Komplikasi paru akibat sistik fibrosis.
Terapi pada pasien overdosis paracetamol atau acetaminophen.
Kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan obat Acetylcysteine, orang dengan riwayat hipersensitivitas atau alergi terhadap kandungan obat ini tidak boleh menggunakannya. Jika dibutuhkan, maka harus digantikan dengan jenis obat lainnya.
Dosis Acetylcysteine dan Aturan Pakai
Peringatan! Pastikan dosis yang Anda gunakan sesuai dengan instruksi dokter dengan mempertimbangkan keparahan penyakit, usia, berat badan, dan sebagainya. Dosis yang tertera di sini adalah dosis umum.
Dosis Asetilsistein untuk mengencerkan dahak
- Dosis dewasa: dalam bentuk kapsul, granul atau tablet hisap, 600 mg per hari dalam dosis tunggal atau di bagi menjadi 3 dosis. Dalam bentuk cairan inhalasi 10%, 6 – 10 ml 3 kali sehari, menggunakan nebulizer. Dosis dapat ditambahkan 2 – 20 ml setiap 2 – 6 jam sekali sesuai kebutuhan.
- Dosis anak-anak:
- Umur 1 bulan – 2 tahun: 100 mg dua kali sehari.
- Umur 2 – 7 tahun: 200 mg dua kali sehari.
- Umur di atas 7 tahun: sama dengan dosis dewasa.
Dosis Asetilsistein untuk mengatasi keracunan paracetamol
- Dosis dewasa: dalam sediaan oral larutan 5% digunakan 140 mg/kg BB kemudian diikuti 70 mg/kg BB setiap 4 jam sekali untuk 17 dosis. Dalam sediaan cairan injeksi 150 kg/kg BB dilarutkan dalam air 200 ml. Dilanjutkan dengan 50 mg/kg BB yang dilarutkan dalam 500 ml air. Empat jam selanjutnya diberikan 100 mg/kgBB dilarutkan dalam satu liter air.
- Dosis anak-anak: sama dengan dosis dewasa.
Aturan Pakai:
- Untuk jenis sediaan oral gunakanlah obat ini setelah makan.
- Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
- Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
- Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis Acetylcystein pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.
Efek Samping Acetylcysteine
Asetilsistein ditoleransi baik oleh tubuh. Namun demikian, ada efek samping yang perlu diperhatikan. Efek samping Asetilsistein meliputi:
- Mual dan muntah.
- Bronkospasma.
- Angiodema.
- Ruam.
- Pruritus.
- Tekanan darah naik atau turun.
- Demam dan sinkop.
- Penglihatan kabur.
- Kejang.
- Untuk sediaan inhalasi efek samping yang kerap muncul berupa haemoptysis, rinhorea dan stomatitis.
Efek Overdosis Acetylcysteine
Penggunaan dosis tinggi di luar aturan dapat menyebabkan overdosis. Gejala overdosis asetilsistein dapat berupa kesulitan bernapas, kejang serta kehilangan kemampuan gerak reflek. Jika kondisi ini terjadi segera melapor ke dokter Anda.
Peringatan dan Perhatian
Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-hal dibawah ini:
- Sampaikan pada dokter atau apoteker jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap kandungan obat ini.
- Hati-hati penggunaan pada penderita diabetes melitus terutama yang gula darahnya tidak terkontrol.
- Penggunaan pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal mungkin memerlukan penyesuaian dosis.
Kehamilan dan Menyusui
Bolehkah Acetylcysteine untuk ibu hamil?
Asetilsistein masuk kategori B untuk ibu hamil menurut FDA (BPOMnya Amerika). Hal itu berarti studi bahan obat ini pada sistem reproduksi hewan percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penggunaannya sebaiknya hanya jika diresepkan oleh dokter Anda saja.
Bolehkah Acetylcysteine untuk ibu menyusui?
Belum diketahui apakah obat ini dapat masuk mengontaminasi ASI ibu menyusui dan bagaimana efeknya pada bayi yang menyusu. Namun diketahui obat ini dapat hilang dari tubuh setelah 30 jam pemakaian. Menyusui dapat dilanjutkan setelah 30 jam penggunaan obat ini.
Interaksi Obat
Hati-hati saat menggunakan asetilsistein bersamaan dengan obat lain. Interaksi dapat terjadi antara asetilsistein dengan obat-obat berikut:
- Insulin inhalasi. Menurunkan penyerapan insulin dalam darah.
- Obat antitusif (penekan batuk). Obat bekerja saling berlawanan sehingga mempersulit dahak untuk dikeluarkan bersama batuk.
- Antibiotik jenis tetrasiklin. Meningkatkan efek samping tetrasiklin.