ranitidin tablet salut selaput dan injeksi

Ranitidin obat apa?

Ranitidin adalah obat untuk menurunkan sekresi asam lambung yang berlebihan. Ranitidin digunakan untuk mengurangi nyeri lambung dan perut akibat produksi asam lambung berlebihan pada tukak lambung, tukak usus halus, maag, GERD, esofagitis erosif, hingga sindrom Zollinger-Ellison.

Tergolong sebagai obat antagonis reseptor histamin H2 atau disebut juga H2 blocker. Cara kerja ranitidin yaitu menghambat histamin (H2) yang berperan dalam proses produksi asam lambung. Saat H2 dihambat, maka produksi asam lambung akan berkurang sehingga dapat membantu menyeimbangkan keasaman lambung.

Ringkasan Obat Ranitidin

Jenis obatH2 blocker (penurun asam lambung)
KategoriObat keras
KegunaanMengurangi sekresi asam lambung berlebih
KonsumenDewasa dan anak-anak
KehamilanKategori B (boleh dengan syarat)
SediaanTablet: 150 mg, 300 mg, ; Cairan injeksi: 25 mg/ml; Sirup: 75 mg/5 ml
MerekRanitidine HCl, Acran 300, Ranifin, Anitid, Renatac, Wiacid, Tyran, Indoran, Raniphil, Bloker 150, Hufadine, Fordin, Ratinal, Gastridin, Acran, Tricker, Ulceranin, Zantifar, Titan, Rancus, Radin, Limaag, Rinadin, Zantadin, Getidin, Ranivel, Gasela, Omeranin, Rantin, Aciblock, Hexer, Chopintac, Ranal, Ranoxin, Merzatidin

Cara Kerja dan Fungsi Obat Ranitidin

Mekanisme kerja ranitidin dalam tubuh yaitu mengurangi produksi sekresi asam lambung yang berlebih. Sebagai H2 blocker, ranitidin secara kompetitif menghambat histamin dengan berikatan pada reseptor H2 di sel parietal lambung.

Mekanisme ini akan menekan sekresi normal lambung yang seharusnya mengeluarkan sekresi asam saat ada makanan masuk. Jadi, ranitidin bekerja menghambat langsung produksi asam lambung. Berbeda dengan obat maag jenis antasid yang hanya menetralkan asam lambung yang sudah diproduksi.

Dengan fungsi tersebut, maka berbagai jenis penyakit yang dengan tingginya asam lambung dapat diringankan dan diobati dengan lebih optimal.

Indikasi dan Kegunaan Ranitidin

Penyakit-penyakit yang terkait dengan kelebihan asam lambung berikut ini dapat diobati dengan ranitin, seperti:

  • Gastritis atau maag.
  • GERD (gastro-esofageal reflux diesease).
  • Tukak lambung dan tukak duodenum.
  • Nyeri ulu hati atau heartburn.
  • Sindrom Zollinger-Ellison.

Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:

  • Orang dengan riwayat hipersensitivitas/alergi Ranitidin atau jenis H2 blocker lainnya.
  • Pasien dengan riwayat porfiria akut.

Dosis Ranitidin dan Aturan Pakai

Peringatan! Pastikan dosis yang Anda gunakan sesuai dengan instruksi dokter dengan mempertimbangkan keparahan penyakit, usia, berat badan, dsb. Dosis yang tertera di sini adalah dosis umum.

Dosis Ranitidin untuk mengobati tukak lambung dan tukak duodenum

  • Dosis dewasa: pemberian awal 300 mg sekali sehari sebelum tidur atau 150 mg dua kali sehari 4-8 minggu; 300 mg dua kali sehari selama 4 minggu digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka tukak duodenum. Dosis perawatan 150 mg sekali sehari sebelum tidur. Maksimal penggunaan 300 mg dua kali sehari.
  • Dosis anak-anak: umur 1 bulan – 16 tahun 4 – 8 mg/kg berat badan dibagi dalam dua dosis per hari. Maksimal penggunaan 300 mg sehari. Durasi pengobatan 4 – 8 minggu. Untuk dosis perawatan 2 – 4 mg/kg berat badan sekali sehari dan maksimal penggunaan 150 mg per hari.

Dosis Ranitidin untuk mengatasi GERD

  • Dosis dewasa: 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari sebelum tidur hingga 8 minggu. Dapat ditingkatkan hingga 150 mg 4 kali sehari selama 15 minggu untuk kondisi GERD yang parah.
  • Dosis anak-anak: umur 1 bulan – 16 tahun 5 – 10 mg/kg berat badan dibagi dalam 2 dosis per hari. Maksimal 300 mg per hari.

Dosis Ranitidin untuk mengobati esofagitis erofis

  • Dosis dewasa: 150 mg atau 1 tablet 4 kali sehari. Dosis perawatan 150 mg dua kali sehari.
  • Dosis anak-anak: umur 1 bulan – 16 tahun 5 – 10 mg/kg berat badan dibagi dalam 2 dosis per hari. Maksimal pemberian 600 mg/hari.

Dosis Ranitidin untuk tukak akibat efek obat OAINS

  • Dosis dewasa: 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sebelum tidur selama 8 – 12 minggu. Dosis pencegahan, 150 mg dua kali sehari.

Dosis Ranitidin untuk mengatasi dispepsia

  • Dosis dewasa: kondisi kronis, 150 mg dua kali sehari selama 6 minggu. Untuk penanganan cepat, 75 mg dan diulangi jika dibutuhkan hingga 4 dosis per hari. Durasi maksimal 2 minggu dengan pemberian cara ini.

Dosis Ranitidin untuk infeksi H. pylori

  • Dosis dewasa: 300 mg per hari sebelum tidur atau 150 mg 2 kali sehari dikombinasikan dengan amoxicillin  750 mg dan metroinidazole  500 mg 3 kali sehari selama 2 minggu. Pemberian ranitidin dapat diteruskan hingga 2 minggu setelahnya.

Dosis Ranitidin untuk mencegah sekresi lambung berlebihan selama anastesi umum

  • Dosis dewasa: 150 mg diberikan 2 jam sebelum anastesi umum dilakukan dan 150 mg sebelum tidur pada malam sebelum operasi. Untuk ibu hamil yang akan operasi caesar diberikan 150 mg dengan pengulangan setiap 6 jam jika dibutuhkan.

Aturan pakai:

  • Gunakanlah obat ini setelah atau sebelum makan dan usahakan pada jam yang sama setiap harinya.
  • Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
  • Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
  • Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis Ranitidin pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.

Efek Samping Ranitidin

Ranitidin ditoleransi baik oleh tubuh. Namun demikian, ada efek samping yang perlu diperhatikan. Efek samping Ranitidin meliputi:

  • Sakit kepala.
  • Diare.
  • Mual.
  • Pusing.
  • Insomnia.
  • Vertigo.
  • Ruam.
  • Mulut kering.
  • Urin keruh.
  • Hepatotoksisitas (berpotensi fatal).

Efek Overdosis Ranitidin

Penggunaan dosis tinggi melebihi anjuran dapat menyebabkan overdosis. Gejala overdosis Ranitidin dapat berupa tremor, mual dan muntah parah. Jika kondisi ini terjadi segera melapor ke dokter Anda.

Peringatan dan Perhatian

Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-hal dibawah ini:

  • Sampaikan pada dokter atau apoteker Anda jika pernah mengalami alergi saat mengonsumsi obat ini.
  • Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien yang berpotensi mengalami kanker lambung karena Ranitidin dapat menutupi keganasan gejala kanker lambung.
  • Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal dan hati, kesulitan menelan, ibu hamil atau menyusui.

Kehamilan dan Menyusui

Bolehkah Ranitidin untuk ibu hamil?

Ranitidin digolongkan dalam kategori B untuk ibu hamil. Artinya, studi pada sistem reproduksi hewan percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan.

Oleh karena itu, ranitidin boleh digunakan oleh ibu hamil asalkan sesuai diminum sesuai aturan dan segera menghentikan penggunaan jika muncul reaksi yang membahayakan janin.

Bolehkah Ranitidin untuk ibu menyusui?

Ranitidin diketahui dapat masuk dan mengontaminasi ASI ibu menyusui. Namun efeknya pada bayi belum diketahui dengan jelas. Oleh karena itu, penggunaan obat ini selama menyusui sebaiknya dihindari kecuali sangat dibutuhkan dan harus sesuai anjuran dokter.

Interaksi Obat

Hati-hati saat menggunakan Ranitidin bersamaan dengan obat lain. Interaksi dapat terjadi antara Ranitidin dengan obat-obat berikut:

  • Propanthelin bromide, memperlambat penyerapan dan peningkatan konsentrasi puncak Ranitidin.
  • Kumarin, diazepam, teofilin, propanolol, menghambat metabolisme hati.
  • Ketoconazole, midazolam, glipzide, akan terhambat penyerapannya akibat perubahan pH.
  • Antasid, mengurangi bioavailabilitas dari antasid.