Isoniazid obat apa?
Isoniazid adalah obat golongan antibiotik yang digunakan untuk menangani infeksi tuberkulosis (TB) yang menyerang paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Isoniazid umumnya dikombinasikan dengan obat anti TB lainnya seperti rifampisin, pirazinamid dan ethambutol untuk mengobati penderita TB aktif maupun pencegahan pada orang yang berisiko TB.
Isoniazid bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghancurkan dinding selnya. Pengobatan umumnya berlangsung selama 6 bulan dengan penggunaan rutin tanpa putus. Oleh karena itu hanya gunakan obat ini jika diresepkan dokter dan pastikan menggunakannya sesuai dosis dan waktu yang ditentukan oleh dokter.
Ringkasan Obat Isoniazid
Jenis obat | Antituberkulosis |
Kategori | Obat keras |
Kegunaan | Pengobatan dan pencegahan tuberkulosis (TB) |
Konsumen | Dewasa dan anak-anak |
Kehamilan | Kategori C (hindari) |
Sediaan | Tablet: 75 mg (kombinansi), 150 mg (kombinansi), 100 mg, 300 mg |
Merek | Pro TB Kids, Pehadoxin Forte, Santibi Plus, Inoxin, Rifampicin-Isoniazid, Isoniazid, Pro TB 4, Pro TB 2, Suprazid 300, Pulna Forte, Erabutol Plus, Metham, TB Vit, Inha, Pravit, Rifanh, Rimcur Paed, Suprazid Forte, Rifastar, Inh-Ciba, Bacbutinh, Rimactazid, Meditam, Inadoxin Forte, Suprazid, Rimstar-4 |
Cara Kerja dan Fungsi Obat Isoniazid
Fungsi Isoniazid dalam tubuh yaitu untuk membasmi bakteri yang rentan. Isoniazid bersifat bakterisidal (dapat membunuh bakteri) terhadap mikroorganisme dari genus Mycobacterium, khususnya M bovis, M kansasii dan M tuberculosis yang merupakan penyebab penyakit TBC.
Isoniazid adalah prodrug yang harus diaktifkan oleh katalase bakteri. Setelah aktif, senyawa ini akan menghambat sintesis asam mikoloat yang merupakan komponen penting dari dinding sel bakteri. Akibatnya bakteri akan sulit berkembang dan akhirnya mati. Dalam kondisi terapeutik, Isoniazid bersifat bakterisidal terhadap Mycobacterium tuberculosis baik yang tumbuh secara intraseluler maupun ekstraseluler.
Indikasi dan Kegunaan Isoniazid
Isoniazide digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi bakteri terutama dari genus Mycobacterium seperti M tuberculosis, M bovis, M kansasii yang dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti berikut:
- Tuberkulosis (TB) aktif.
- Infeksi Mycobacterium kansasii.
- Pencegahan TB.
- Fase akhir TB.
Kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:
- Orang dengan riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap Isoniazid.
- Pasien dengan penyakit hati akut atau memiliki riwayat gangguan fungsi hati terkait Isoniazid.
Dosis Isoniazid dan Aturan Pakai
Peringatan! Pastikan dosis yang Anda gunakan sesuai dengan instruksi dokter dengan mempertimbangkan keparahan penyakit, usia, berat badan, dsb. Dosis yang tertera di sini adalah dosis umum.
Dosis Isoniazid untuk mengobati tuberkulosis aktif
- Dosis dewasa: pemberian awal 5 mg/kg berat badan, sekali sehari. Maksimal 300 mg per hari. Dikombinasikan dengan rifampisin, pyrazinamid, streptomisin/etambutol. Masa terapi hingga 8 minggu. Dilanjutkan dosis perawatan 5 mg/kg berat badan sekali sehari maksimal 300 mg per hari atau 15 mg/kg BB, 2 – 3 kali per minggu. Maksimal penggunaan 900 mg/hari dikombinasikan dengan rifampisin. Dengan durasi terapi 18 minggu.
- Dosis anak-anak: pemberian awal 10 – 15 mg/kg BB sekali sehari, maksimal 300 mg/hari dikombinasikan dengan rifampisin, pyrazinamid, etambutol/streptomisin. Durasi terapi 8 minggu. Dilanjutkan dengan dosis perawatan 10 – 15 mg/kg BB sekali sehari (maksimal 300 mg/hari) atau 20 – 40 mg/kg BB, 2 – 3 kali per minggu. Maksimal penggunaan 900 mg/hari dengan durasi terapi hingga 16 minggu.
Dosis Isoniazid untuk pencegahan tuberkulosis
- Dosis dewasa: berat badan > 30 kg dosis pencegahan, bentuk tablet 300 mg sekali sehari. Untuk orang yang sering kontak dengan penderita tuberkulosis aktif masa terapinya hingga 12 minggu. Untuk penderita HIV paling sedikit 12 minggu.
- Dosis anak-anak: pemberian awal 10 mg/kg BB sekali sehari. Maksimal 300 mg per hari. Dosis perawatan 20 – 30 mg/hari 2 kali seminggu. Maksimal penggunaan 900 mg/dosis.
Aturan pakai:
- Gunakanlah obat ini dalam kondisi perut kosong. Disarankan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Jika muncul rasa tidak nyaman di pencernaan penggunaan selanjutnya sebaiknya bersamaan dengan makanan.
- Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
- Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
- Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis Isoniazid pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.
Efek Samping Isoniazid
Isoniazid umumnya ditoleransi baik oleh tubuh. Namun demikian, beberapa efek samping mungkin muncul dan perlu diperhatikan. Efek samping Isoniazid meliputi:
- Mual dan muntah.
- Kehilangan selera makan.
- Mati rasa, kesemutan pada tangan dan kaki.
- Warna urin gelap.
- Warna mata dan kulit menguning.
Efek Overdosis Isoniazid
Penggunaan dosis tinggi melebihi anjuran dapat menyebabkan overdosis. Gejala overdosis Isoniazid dapat berupa mual, muntah, pusing, bicara cadel, penglihatan kabur, halusinasi, depresi pernapasan, pingsan hingga koma. Jika kondisi ini terjadi segera bawa ke unit kegawatdaruratan segera.
Peringatan dan Perhatian
Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-hal dibawah ini:
- Sampaikan pada dokter atau apoteker Anda jika pernah mengalami reaksi alergi atau gangguan fungsi hati akut saat mengonsumsi Isoniazid.
- Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan kejang, riwayat psikosis, orang dengan risiko tinggi mengalami neuropati (seperti penderita diabetes, kurang gizi, alkoholik, terinfeksi HIV) atau penderita defisiensi pyrodoxine serta penderita gangguan ginjal dan hati berat.
- Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
Kehamilan dan Menyusui
Bolehkah Isoniazid untuk ibu hamil?
Isoniazid digolongkan dalam obat kategori C untuk ibu hamil. Hal itu berarti studi pada hewan percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada wanita, atau studi terhadap wanita dan hewan percobaan tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu penggunaannya selama kehamilan sebaiknya dihindari atau jika sangat dibutuhkan saja.
Bolehkah Isoniazid untuk ibu menyusui?
Isoniazid diketahui dapat terekskresi ke dalam ASI ibu menyusui dan berpotensi mengganggu kesehatan bayi yang menyusu. Oleh karena itu penggunaannya sebaiknya dihindari atau hanya jika sangat diperlukan saja.
Interaksi Obat
Hati-hati saat menggunakan Isoniazid bersamaan dengan obat lain. Interaksi dapat terjadi antara Isoniazid dengan obat-obat berikut:
- Obat anti-epilepsi (carbamazepine, fenitoin, pirimidon), benzodiazepine (diazepam, triazolam), dapat menghambat metabolisme hati sehingga meningkatkan toksisitas pada hati.
- Antasida mengandung Al, mengurangi absorbsi antasida.
- Clofazimine, cycloserine, warfarin, meningkatkan konsentrasi obat-obatan ini, termasuk juga risiko efek sampingnya.