haloperidol tablet cairan injeksi dan drop

Haloperidol obat apa?

Haloperidol merupakan obat antipsikosis atau disebut juga neuroleptik. Obat ini meredakan gejala psikosis dan membuat tenang penggunanya tanpa mempengaruhi kesadaran dan tanpa menyebabkan efek kegembiraan paradoksial. Meskipun memberi efek menenangkan, obat haloperidol tidak digolongkan sebagai obat penenang atau trankuilizer.

Haloperidol bekerja dengan cara memblok reseptor postsinaptik dopamin D1 dan D2 dalam sistem mesolimbik dan mengurangi pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisis. Akibatnya agresivitas pada penderita psikosis akan berkurang dan menghadirkan ketenangan serta hilangnya halusinasi dan delusi.

Ringkasan Obat Haloperidol

Jenis obatAntipsikotik
KategoriObat keras
KegunaanMengatasi gejala gangguan mental seperti psikosis, skizofrenia, mania, serta terapi jangka pendek agitasi psikomotor, eksitasi dan impuls yang membahayakan.
KonsumenDewasa dan anak-anak
KehamilanKategori C (hindari)
SediaanTablet: 5 mg, 2 mg, 1,5 mg, 0,5 mg; Drops: 2 mg/ml; Cairan injeksi: 5 mg/ml; Tablet salut selaput: 5 mg.
MerekSeradol, Haloperidol, Lodomer, Haldos Decanoas, Haloperidol, Govotil, Upsikis, Dores, Serenace,

Cara Kerja dan Fungsi Obat Haloperidol

Fungsi Haloperidol bagi tubuh adalah sebagai penyeimbang zat kimia alami otak, yang disebut neurotransmiter. Obat ini bekerja dengan memblok reseptor postsinaptik dopamin D1 dan D2 di sistem masolimbik serta mengurangi produksi hormon pada hipotalamus dan hipofisis. Akibatnya keseimbangan zat kimia otak dapat kembali normal.

Hilangnya keseimbangan neurotransmiter ini akan menyebabkan gejala gangguan mental seperti kegelisahan, rasa tidak tenang, perilaku agresif, serta keinginan menyakiti orang lain atau diri sendiri. Sebaliknya, dengan kembali seimbangnya zat kimia di otak akan memberikan efek menenangkan, meredakan kegelisahan, meredam perilaku agresif dan keinginan untuk menyakit orang lain.

Indikasi dan Kegunaan Haloperidol

Haloperidol digunakan untuk membantu mengurangi gejala gangguan mental akibat terganggunya senyawa kimia otak akibat kondisi tertentu seperti berikut ini:

  • Terapi meredakan gejala skizofrenia.
  • Terapi gejala psikosis akut.
  • Terapi gejala demensia baik perilaku maupun psikologi.
  • Terapi gejala delirium.
  • Terapi gejala tik (gerakan berulang yang tidak terkontrol) baik vokal maupun gerakan pada penderita sindrom Tourette.
  • Mengatasi perilaku tidak terkontrol pada anak hiperaktif.

Selain itu, obat ini juga digunakan sebagai terapi lapis ke dua untuk mengatasi mual dan muntah yang dipicu oleh kemoterapi.

Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:

  • Orang yang menderita tekanan susunan saraf pusat berat.
  • Menderita penyakit Parkinson.
  • Penderit supresi pada sumsum tulang belakang.
  • Menderita penyakit jantung atau gangguan fungsi hati kronis.
  • Pasien koma.
  • Ibu menyusui.
  • Lansia yang menderita demensia.

Dosis Haloperidol dan Aturan Pakai

Peringatan! Pastikan dosis yang Anda gunakan sesuai dengan instruksi dokter dengan mempertimbangkan keparahan penyakit, usia, berat badan, dsb. Dosis yang tertera di sini adalah dosis umum.

Dosis Haloperidol untuk mengatasi psikosis akut

  • Dosis dewasa: dalam sediaan cairan injeksi, rentang dosis 2 – 10 mg, dapat diberikan setiap 1 jam sekali atau 4 – 8 jam sekali sampai gejala psikosis akut dapat diredakan. Maksimal penggunaan 18 mg per hari. Untuk kasus psikosis berat dapat digunakan lebih dari 18 mg intravena ataupun intramuskular.

Dosis Haloperidol untuk mengatasi gejala psikosis

  • Dosis dewasa: dalam sediaan tablet, 0,5 –  5 mg 2 atau 3 kali sehari. Dapat ditambahkan hingga 100 mg per hari untuk kasus berat dan persisten. Dosis perawatan 3 – 10 mg per hari
  • Dosis anak-anak: umur lebih dari 3 tahun, pemberian awal 25 – 50 mcg/kg berat badan dibagi dalam 2 dosis. Dapat ditingkatkan secara berkala jika dibutuhkan. Maksimal penggunaan 10 mg/hari.

Dosis Haloperidol untuk mengatasi gejala tik berat pada penderita sindrom Tourette

  • Dosis dewasa: Dosis awal, 0,5 – 1,5 mg 3 kali sehari. Dapat ditingkatkan hingga 30 mg untuk kasus yang berat jika dibutuhkan. Penambahan dosis harus dilakukan berkala dan hati-hati. Dosis perawatan 4 mg per hari.

Aturan pakai:

  • Gunakanlah obat ini setelah atau sebelum makan. Dianjurkan dikonsumsi bersamaan dengan makan untuk mengurangi gangguan pada saluran pencernaan.
  • Untuk sediaan cairan injeksi, pemberian obat harus dilakukan oleh tenaga medis terlatih.
  • Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
  • Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.

Efek Samping Haloperidol

Heloperidol umumnya dapat ditoleransi oleh tubuh. Namun, beberapa efek samping mungkin muncul dan perlu diperhatikan. Efek samping Haloperidol meliputi:

  • Kenaikan berat badan.
  • Sakit kepala.
  • Sakit perut.
  • Mulut kering.
  • Perubahan siklus menstruasi.
  • Gangguan gerakan otot.
  • Konstipasi.
  • Insomnia.
  • Aritmia sementara.
  • Hipotensi postural.
  • Sindorm maligna neuroletpik (dapat berakibat fatal).

Efek Overdosis Haloperidol

Penggunaan dosis tinggi melebihi anjuran dapat menyebabkan overdosis. Gejala overdosis Haloperidol dapat berupa jantung berdebar, otot kaku, demam tinggi, kebingungan, pingsan. Jika kondisi ini terjadi segera bawa penderita ke unit kesehatan terdekat.

Peringatan dan Perhatian

Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-hal dibawah ini:

  • Perhatian lebih harus diberikan untuk penggunaan pada penderita parkinson, epilepsi, alergi, glaukoma, peradangan prostat, gangguan fungsi jantung dan hati berat.
  • Jika digunakan bersamaan dengan lithium, hentikan penggunaan jika muncul gejala toksisitas neurologis.
  • Hati-hati penggunaan pada penderita hipertiroidisme, ibu hamil, lansia dan anak-anak.

Kehamilan dan Menyusui

Bolehkah Haloperidol untuk ibu hamil?

Haloperidol digolongkan dalam obat kategori C untuk ibu hamil. Hal itu berarti studi bahan obat ini pada hewan percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada wanita, atau studi terhadap wanita dan hewan percobaan tidak dapat dilakukan.

Oleh karena itu, penggunaannya sebaiknya dihindari selama kehamilan.

Bolehkah Haloperidol untuk ibu menyusui?

Haloperidol diketahui dapat masuk dan mengontaminasi ASI ibu menyusui. Namun efek sampingnya pada bayi yang menyusu belum diketahui. Oleh karena itu penggunaannya sebaiknya dihindari.

Interaksi Obat

Hati-hati saat menggunakan Haloperidol bersamaan dengan obat lain. Interaksi dapat terjadi antara Haloperidol dengan obat-obat berikut:

  • Karbamazepine dan rifampisin, mengurangi konsentrasi plasma.
  • Obat penekan SSP, meningkatkan tekanan pada susunan saraf pusat.
  • Guanethidine, mengurangi efek antihipertensi obat ini.
  • Clozapine dan chloropromazine, meningkatkan kadar Haloperidol dalam darah.
  • Lithium, dapat meningkatkan kadar lithium dan memicu sindrom neuroleptik ganas.