Forasma obat apa?
Foramsa adalah obat untuk meringankan sesak napas akibat penyempitan bronkus. Kondisi ini terjadi pada penderita gangguan pernapasan kronis seperti asma bronkial, emfisema, bronkitis atau PPOK.
Forasma tersedia dalam bentuk tablet dan sirup dengan kandungan utama berupa tarbutaline sulphate. Terbutaline merupakan senyawa bronkodilator yang dapat merelaksasi otot bronkial dan melegakan napas.
Ringkasan Obat Forasma
Jenis obat | Bronkodilator dan tokolitik |
Golongan | Obat keras, harus dengan resep |
Kandungan | Tablet: tarbutaline sulfate 2,5 mg, sirup: tarbutaline sulfate 1,5 mg/5 ml |
Kegunaan | Meringankan spasme saluran bronkial pada penderita asma bronkial, bronkitis dan emfisema |
Konsumen | Dewasa dan anak-anak |
Kehamilan | Kategori C (boleh dengan syarat) |
Produsen | Guardian Pharmatama |
Harga |
|
Cara Kerja dan Fungsi Obat Forasma
Fungsi Forasma dalam tubuh adalah sebagai bronkodilator, substansi yang dapat memperlebar permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru sehingga kapasitas serapan oksigen paru meningkat. Bronkodilator dibutuhkan saat terjadi spasme bronkial yang biasanya terjadi pada penderita asma bronkial, bronkitis dan emfisema serta PPOK.
Forasma mengandung bahan aktif tarbutalin sulfate yang merupakan senyawa bronkodilator jenis beta-2 adrenergik yang memiliki efek lebih kecil pada reseptor alpha adrenergik. Karena itu senyawa ini hanya efektif menstimulasi relaksasi saluran bronkial, pembuluh darah, dan uterus namun tidak terlalu mempengaruhi jantung.
Tarbutalin tidak hanya menstimulasi pelebaran saluran bronkial dengan merelaksasi saluran otot polos bronkial namun juga menghambat pelepasan mediator penyebab alergi terutama terhadap sel mastosit atau sel biang yang berperan dalam proses alergi.
Indikasi dan Kegunaan Forasma
Forasma digunakan untuk melagakan pernapasan yang sesak akibat spasme bronkial pada penderita:
- Asma bronkial dengan spasme berulang.
- Emfisema.
- Bronkitis.
Kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:
- Orang dengan riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap terbutaline.
- Ibu hamil yang sedang dilakukan tindakan tokolisis (penghambatan kelahiran).
- Penderita tirotoksikosis.
Dosis Forasma dan Aturan Pakai
Peringatan! Pastikan dosis yang Anda gunakan sesuai dengan instruksi dokter dengan mempertimbangkan keparahan penyakit, usia, berat badan, dsb. Dosis yang tertera di sini adalah dosis umum.
Dosis Forasma untuk mengatasi sesak napas akibat spasme bronkial
- Dosis dewasa: pemberian awal 2,5 mg atau 3 mg, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan 5 mg 3 kali sehari jika dibutuhkan. Dalam sediaan sirup, 2 – 3 sendok takar (10 – 15 ml) 3 kali sehari.
- Dosis anak-anak:
- Umur kurang dari 12 tahun: pemberian awal 0,05 mg/kg/dosis 3 kali sehari, dapat ditingkatkan jika dibutuhkan. Maksimal 5 mg/hari.
- Umur 12 – 15 tahun: 2,5 mg tiga kali sehari.
- Umur > 15 tahun: sama dengan dosis dewasa.
Aturan pakai:
- Gunakanlah obat ini setelah atau sebelum makan.
- Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
- Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
- Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis Forasma pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.
Efek Samping Forasma
Forasma ditoleransi baik oleh tubuh. Namun demikian, ada efek samping yang perlu diperhatikan. Efek samping Forasma meliputi:
- Pusing, sakit kepala.
- Jantung berdebar-debar.
- Mual dan muntah.
- Gelisah, lesu, mengantuk.
- Berkeringat.
- Kram otot.
Efek samping yang lebih jarang terjadi seperti:
- Kejang.
- Hipersensitivitas vasculitis.
- Peningkatan enzim hati.
Efek samping yang berpotensi fatal seperti hiperglikemia, hipokalemia, aritmia jantung, edema paru, miokardial iskemik.
Efek Overdosis Forasma
Penggunaan dosis tinggi melebihi anjuran dapat menyebabkan overdosis. Gejala overdosis Forasma dapat berupa sakit kepala, tremor, mual, takikardia, aritmia, hipokalemia, hiperglikemia dan asidosis laktat. Jika kondisi ini terjadi segera melapor ke dokter Anda.
Peringatan dan Perhatian
Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-hal dibawah ini:
- Sampaikan pada dokter atau apoteker Anda jika pernah mengalami reaksi alergi saat mengonsumsi terbutaline sulfate.
- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita tirotoksikosis, tekanan darah tinggi, diabetes melitus, ketoasidosis, kelainan kardiovaskular seperti penyakit jantung iskemik, kelainan kejang, aritmia atau insufisiensi koroner.
- Perhatian lebih harus diberikan untuk pemberian pada anak-anak, ibu hamil dan menyusui.
Kehamilan dan Menyusui
Bolehkah Forasma untuk ibu hamil?
Bahan aktif Forasma berupa terbutaline tergolong obat kategori C untuk ibu hamil. Hal itu berarti studi bahan obat ini pada hewan percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada wanita, atau studi terhadap wanita dan hewan percobaan tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu penggunaan obat ini dibolehkan pada ibu hamil asalkan sesuai anjuran.
Bolehkah Forasma untuk ibu menyusui?
Bahan aktif Forasma diketahui dapat masuk dan mengontaminasi ASI ibu menyusui. Namun untuk dosis normal, belum ada efek berbahaya yang diketahui terhadap bayi yang menyusu. Pernah dilaporkan efek hipoglikemia transien pada bayi lahir prematur yang ibunya diterapi dengan terbutaline.
Interaksi Obat
Hati-hati saat menggunakan Forasma bersamaan dengan obat lain. Interaksi dapat terjadi antara Forasma dengan obat-obat berikut:
- Anastesi terhalogenasi, meningkatkan perdarahan serta gangguan irama ventrikel yang serius.
- Obat antidiabetes, dapat mengurangi efek obat antidiabetes.
- Diuretik, peningkatan risiko hipokalaemia.
- Kortikosteroid, obat jenis beta-agonis dan kortikosteroid bersamaan dapat menyebabkan edema paru.
- Beta-blocker, dapat menghambat sebagian atau keseluruhan efek obat beta-blocker non-selektif.