Musim Haji Tiba, Waspada MERS CoV

Virus MERS atau Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus pertama kali dilaporkan Arab Saudi pada September 2012. Kasus ini ditemukan pada seorang lansia dengan umur 60 tahun yang menderita pneumonia dan gagal ginjal akut yang akhirnya meninggal dunia 24 juni 2012.

Dengan adanya kejanggalan pada kasus tersebut, maka Dr Ali Mohamed Zaki, virolog Mesir, mengisolasi dan mengidentifikasi virus korona yang diketahui sebelumnya itu. Temuan dipublikasi 24 September 2012 di jurnal ilmiah kedokteran ProMED-mail. Sel hasil isolasi menunjukkan gambaran cytopathic effects (CPE), berbentuk bulat keliling. Inilah kasus dan penelitian utama tentang varian korona yang baru dan kuat untuk lebih mematikan dan diperkenalkan di dunia dengan nama baru tahun 2013 Dengan nama MERS.CoV. Dimana termasuk dalam kelompok coronavirus menyerang antar manusia maupun hewan pada syndrome respiratory acute.

virus MERS CoV

Daya infeksi pada MERS.CoV tergolong tinggi, mematikan dan sudah tidak menetap lagi di arab Saudi melainkan telah tersebar ke 16 negara di seluruh dunia antara lain Perancis, Itali, Tunisia dan Inggris (UK), Amerika Serikat, Jerman, Belanda, yordania, Qatar dan abu dhabi. Dengan tingkat pravelensi kematian tinggi pada daerah sekitar asal di timur tengah. Ini dapat dibuktikan dengan tes laboratrium dan hasilnya postitif pada beberapa pengecekan vital.

Ciri-ciri dan Gejala MERS

MERS.CoV hadir dan dapat dikenali dengan gejala yang akut, seperti : demam, gangguan saluran pernapasan yang berat, batuk, napas yang pendek dan sulit untuk dilakukan, pneuomonia akut dan gejala penyerta lainnya mulai dari gejala gastrointestinal termasuk diare. Beberapa pasien juga mengalami gagal ginjal dan sebagian orang yang terinfeksi akan meninggal. Orang dengan imunitas yang kurang memberikan gejala yang berbeda.

Gejala MERS ini sangat penting untuk di pelajari sebagai tanda awal dalam perawatan, pengecegahan, pengobatan sejak dini sebagai upaya protektif selain hal itu kita juga harus banyak mempelajari perubahan virus MERS.CoV.

Cara Penularan MERS

Tipe penularan dari MERS.CoV dihipotesiskan adanya kontak antara hewan dan manusia maka pada tahun 2014 ini ada 3 penelitian terbaru tentang hubungan unta dengan MERS CoV ini. ‎Peneliti dari Amerika Serikat dan King Saud University berhasil mengisolasi virus MERS CoV pada usap (swab) hidung pada unta berpunuk satu, dan membuktikan bahwa sekuen genom di unta dan manusia adalah tidak berbeda.

Penularan antara satu orang dengan orang lainnya bisa dengan cluster yang multi sehingga kasus ini dapat berkembang cepat. Observasi dilakukan di fasilitas kesehatan dan linkup keluarga. Dimana transmisi kasus virus MERS.CoV ini melalui respons refleks pernapasan seperti batuk, bersin atau adanya kontak langsung dengan pasien ataupun barang pasien yang telah terkontaminasi. Untuk penularan antar komunitas perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Selain unta, untuk penyebaran virus MERS.CoV di wilayah afrika (ex : mesir) menggunakan kelelawar. Untuk treatment pengobatan tidak ada vaksin yang cocok, adapun informasi terkini baru akan dikembangkan. Sekarang dipusatkan untuk pemulihan kondisi dan penangkalan gejala sebagai pengkondisian utama.

Setelah lebih dari 1 bulan tidak ada kasus baru, maka sejak kemarin pemerintah Arab Saudi kembali melaporkan kasus baru MERS CoV dinegara itu. Jumlah total MERS CoV di Arab saudi sejak Juni 2012 adalah 723 kasus, 299 diantaranya, artinya angka kematian 41,35%. Angka kematian MERS CoV ini memang sedikit lebih rendah dari Ebola‎ yang 54,8%, tetapi angka kematian MERS CoV yang lebih dari 40% itu tentu patut jadi perhatian penting, apalagi menjelang musim haji yang tidak terlalu lama lagi.

Kenapa MERS begitu berbahaya dan perlu perhatian khusus?

Dengan melihat data kasus diatas dengan case fatality yang tinggi menunjukkan kita harus berwaspada terhadap kemungkinan infeksi MERS.CoV. Selain karena data itu kenapa harus MERS.CoV menjadi perhatian penting Indonesia dari pada ebola karena :

  1. MERS CoV jelas sudah ada di Arab Saudi (dimana jamaah kita sudah dan akan banyak disana), dan juga sudah ada di Asia, Malaysia dan Filipina (dekat dengan kita). Sementara Ebola berendemik di wilayah Afrika dengan beda benua
  2. Angka kematian MERS CoV berkisar 30-40%, angka yang tinggi. Ebola yang banyak diributkan, walaupun punya potensi kematian 90% tapi data kini menunjukkan angka kematian yang rendah dibawah 60% tidak sesuia target.
  3. Sekitar 1 bulan lagi jamaah Haji kita sudah akan berangkat. Sekaranglah saat yang tepat bagi para calon jamaaah memeriksakan dirinya, karena kalau punya penyakit kronik maka risiko mendapat MERS CoV jadi jauh lebih tinggi. Untuk Ebola tidak ada bentuk persiapan seperti ini.
  4. MERS.CoV bisa dengan mudah ditularkan lewat airborne, batuk dll, sementara Ebola baru bisa menular dengan kontak cairan tubuh si penderita.
  5. Keluhan awal MERS CoV bisa relatif ringan sehingga pasiennya dapat naik pesawat terbang dan menularkan ke sesama penumpang, atau membawa penyakitnya antara negara. Ebola jauh lebih berat gejala dan keluhannya, sehingga kemungkinan pasien Ebola naik pesawat jadi relatif amat kecil.

Adapun sebagian orang mempunyai risiko yang tinggi untuk terkena MERS.CoV antara lain orang yang mengidap diabetes mellitus, penyakit kronik pada paru-paru, gangguan imunologik dan riwayat pada ginjal.

Untuk menangkal lebih jauh efek yang tinggi dan sebagai upaya pengamanan dunia dari virus MERS.CoV maka telah dilakukan acara Emergency Committee dari International Health Regulations dalam bentuk teleconference, pada 16 Juni 2014, sejak jam 12:15 sampai 16:19 waktu Jenewa. Dengan hasil keputusan sebagai berikut:

  • Meningkatkan penelitian, termasuk case-control, serologi, lingkungan dan penelitian pada binatang.
  • Membantu peningkatan kapasitas kesehatan di negara-negara rentan, khususnya di Afrika
  • Melakukan penyuluhan kesehatan pada jamaah umroh dan Haji, serta petugas kesehatan yang menyertainya. Topiknya meliputi gejala, higiene dan kebersihan diri, ririko bagi yang berpenyakit kronik, dll
  • memperkuat pengendalian infeksi di rumah sakit, karena cukup banyak kasus MERS CoV terjadi di rumah sakit

Semoga dengan informasi ini Indonesia dapat bebas dari MERS.CoV dan memberikan Indonesia keamanan dan kententraman dalam ibadah. Upaya cepat tanggap terhadap keadaan pasien sangatlah mempengaruhi untuk kedepannya. Dengan adanya infromasi ini mahasiswa kesehatan dapat bersatu dan membantu petugas kesehatan lainnya untuk penanganan MERS.CoV dalam hal penelitian, promosi kesehatan, pencegahan dan tindakan lainnya sebagai upaya Indonesia Jaya Bebas MERS.CoV. Sehat indonesiaku jaya Negeriku…

Sumber:
-WHO emergency medicine : MERS.CoV.
-WHO Asia Pasifik
-Kemenkes RI

#