Inversio Uteri adalah salah satu komplikasi persalinan ketika bagian dari dinding rahim bagian atas (fundus) terbalik ke arah bawah bahkan terkadang sampai keluar menonjol sampai mulut rahim (serviks) dan ke dalam vagina.
Berbagai masalah memang dapat menyebabkan inversio uteri, namun tidak sepenuhnya dipahami, tetapi dalam banyak kasus itu terjadi ketika plasenta tak lepas-lepas dari dinding rahim setelah bayi lahir; plasenta yang akan lahir kemudian menarik rahim bagian atas ke arah bawah sehingga muncul ke jalan lahir.
Penyebab Terjadinya Inversio Uteri
Biasanya, setelah melahirkan normal, kontraksi rahim akan menyebabkan plasenta terpisah dari dinding rahim. Hal ini biasanya terjadi dalam waktu lima sampai sepuluh menit setelah bayi lahir, meskipun mungkin memakan waktu lebih lama. Selama Anda tidak mengeluarkan banyak darah, dokter atau bidan dapat menunggu beberapa saat agar plasenta melepas dengan sendirinya.
Setelah mereka melihat tanda-tanda bahwa plasenta telah lepas, maka Anda akan dituntun untuk melahirkan plasenta. Perut bagian luar rahim akan ditekan dan satu tangan lainnya menegangkan tali pusat sampai akhirnya plasenta benar-benar terlahir.
Jika plasenta tidak lepas dengan sendirinya selama 30 menit, maka dokter akan melakukan tindakan yang disebut dengan manual plasenta, prosedur ini dilakukan dengan memasukkan tangan penolong ke dalam rahim melalui vagina sampai uterus untuk mencapai plasenta dan melepaskannya dari dinding rahim.
Terkadang, plasenta tidak terlepas dengan normal, dan upaya untuk melahirkan plasenta yang belum lepas ini bisa menyebabkan inversio uteri. Namun hal ini juga bisa terjadi tanpa didahulu oleh kondisi yang seperti ini.
Faktor risiko yang Lebih Memungkinkan
Beberapa faktor yang terkait dengan peningkatan risiko inversio uteri meliputi:
- Persalinan sebelum waktunya
- Persalinan yang lama (lebih dari 24 jam).
- Penggunaan relaksan otot magnesium sulfat selama persalinan.
- Tali pusat yang pendek.
- Menarik terlalu keras tali pusat pada saat melahirkan plasenta, terutama jika plasenta melekat di fundus.
- Plasenta akreta (plasenta yang menempel terlalu dalam ke dalam dinding rahim) sehingga sulit terlepas.
- Kelainan kongenital (bawaan) atau kelemahan dari rahim.
Gejala Inversio Uteri
Inversi uteri dapat menyebabkan masalah serius, karena terjadi perdarahan yang bisa menyebabkan shock dan mengancam nyawa, terutama jika kondisi ini tidak terdeteksi dan segera dilakukan penanganan.
Inversio uterus dikelompokkan berdasarkan beratnya:
- Inversi tidak lengkap – bagian atas rahim (fundus) terbalik dan turun ke bawah, tapi rahim belum sampai ke serviks.
- Inversi lengkap – rahim keluar melalui serviks.
- Prolaps inversi – fundus rahim keluar ke vagina.
- Inversi Total– baik rahim dan vagina sama-sama menonjol keluar (ini lebih sering terjadi sering pada kasus kanker dibandingkan melahirkan).
Bagaimana Penanganan Inversio Uteri?
Dokter atau bidan akan mencoba untuk memposisikan rahim dan mendorong fundus kembali ke posisi awal.
Jika Anda belum diinfus, maka dokter akan segera melakukannya. Melalui infus ini Anda akan diberi obat untuk mengontrol rasa sakit dan obat-obatan untuk merelaksasikan rahim, tujuannya agar upaya meroposisi rahim berjalan lancar. Terkadang, diperlukan operasi agar rahim bisa kembali ke posisi semula.
Setelah rahim berhasil direposisi, obat yang digunakan untuk merelaksasikan uterus akan dihentikan. Anda akan diberi infus oksitosin secara kontinyu yang bekerja sebaiknya, yaitu untuk kontraksi rahim agar perdarahan cepat berhenti dan membantu agar posisi rahim tetap di tempatnya.
Dokter atau bidan akan terus memantau kondisi Anda. Mereka akan memeriksa rahim untuk memastikan itu tetap dalam posisi normal dan memantau tanda-tanda vital dan perdarahan dari jalan lahir. Tergantung seberapa berat perdarahan yang terjadi, biasanya diperlukan transfusi darah untuk mencegah anemia. Untuk mencegah infeksi dokter akan memberikan antibiotik. Pada tahap ini Anda cenderung merasa lemah dan pusing sehingga tetaplah berada dalam bed perawatan.
Setelah Anda pulang, Anda harus merawat diri sendiri. Pastikan Anda mendapatkan banyak istirahat, makan makanan bergizi, minum banyak cairan, dan ikuti instruksi lainnya dari dokter atau bidan.
Ketika seorang wanita pernah mengalami inversio uteri, maka ia lebih mungkin untuk mengalaminya lagi pada persalinan berikutnya. Seperti halnya komplikasi kehamilan atau masalah medis lainnya, pastikan dokter atau bidan mengetahui riwayat persalinan sebelumnya. Hal ini akan memberikan petunjuk kepada tim medis agar mempersiapkan segala sesuatunya untuk berjaga-jaga mengahadapi inversio uteri yang dikhawatirkan terjadi lagi.