Inilah Makanan Terburuk untuk Otak yang Perlu Diperhatikan

Jangan asal makan, batasi bahkan hindari makanan terburuk untuk otak berikut ini.Makanan terburuk untuk otak

Otak merupakan organ terpenting dan paling rumit yang ada dalam tubuh manusia. Saat otak mengalami masalah, maka semua saraf yang mengendalikan seluruh aktivitas tubuh pun tak lagi dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, menjaga kesehatan otak menjadi hal mutlak yang tak bisa diabaikan.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan fungsi otak, salah satunya yakni lewat makanan. Beberapa makanan bergizi tinggi dengan kandungan antioksidan dan lemak sehat didalamnya mampu memberikan manfaat positif bagi otak. Namun, beberapa jenis makanan lainnya justru perlu diperhatikan lantaran memiliki pengaruh buruk.

Berikut berbagai makanan terburuk untuk otak yang perlu dibatasi bahkan dihindari:

Makanan terburuk untuk otak

1. Karbohidrat Halus atau Olahan

Karbohidrat merupakan sumber energi utama untuk berbagai aktivitas tubuh. Namun, beberapa karbohidrat justru minim gizi dan hanya menyebabkan lonjakan gula darah. Inilah yang disebut dengan karbohidrat halus atau olahan (refined carbs).

Contoh dari karbohidrat jenis ini termasuk diantaranya yakni gula meja dan biji-bijian yang diproses seperti tepung putih. Selanjutnya, biasa digunakan sebagai bahan pembuatan produk makanan seperti roti putih, kue kering, mie instan, minuman soda dan minuman manis lainnya yang biasa ditemui di rak-rak supermarket.

Konsumsi terus-menerus produk makanan berbahan karbohidrat halus atau olahan diketahui dapat meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung dan diabetes tipe-2. Selain itu, terkait pula dengan peradangan hipokampus yang dapat berimbas pada menurunnya daya ingat dan penyakit degeneratif otak.

2. Makanan Tinggi Lemak Trans

Lemak trans sebenarnya berasal dari lemak tak jenuh. Secara alami dapat ditemukan dalam jumlah kecil pada produk hewani seperti daging sapi, susu ataupun keju. Namun bukan jenis lemak trans alami ini yang menjadi sumber masalah, melainkan lemak trans yang diproduksi oleh industri yang dikenal sebagai minyak terhidrogenasi.

Beberapa contoh produk pangan yang mengandung banyak lemak trans diantaranya seperti margarine, mentega, krimer, biskuit kalengan, keripik kentang, camilan kemasan, donat, martabak dan semua makanan yang digoreng terlebih pada minyak yang sudah digunakan berulang kali.

Berbagai studi telah menunjukkan bahwasanya lemak trans sintetik ini jauh lebih berbahaya daripada lemak jenuh lantaran dapat meningkatkan kolesterol darah secara progresif yang dapat berujung pada penyakit jantung koroner dan stroke.

Kegemaran mengonsumsi makanan tinggi lemak trans sintetik juga terkait erat dengan peningkatan risiko penyakit alzheimer, volume otak yang lebih rendah dan gangguan kognitif seperti mudah lupa dan sulit berkonsentrasi.

3. Ikan Berkadar Merkuri Tinggi

Makanan terburuk untuk otak selanjutnya yang perlu dibatasi konsumsinya adalah ikan yang mengandung merkuri dalam kadar tinggi. Biasa dijumpai pada ikan predator berumur panjang seperti ikan hiu, tuna, marlin, tenggiri, todak, king mackerel dan lainnya.

Merkuri sendiri merupakan logam berat yang dapat ditemukan secara alami di tanah, air dan udara atau terdapat dalam limbah pabrik yang lantas mencemari air. Kandungan merkuri di dalam air inilah yang akan mengendap dan terakumulasi terus-menerus dalam tubuh ikan maupun kerang yang selanjutnya dikonsumsi oleh manusia.

Merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia, baik lewat paparan udara maupun konsumsi makanan akan menyebar ke seluruh tubuh manusia dan terkonsentrasi di otak, hati juga ginjal. Pada wanita hamil, dapat terkonsentrasi pula di plasenta maupun janin.

Efek toksisitas merkuri dapat merusak sistem saraf pusat dan neurotransmitter. Semakin tinggi kadar merkuri dalam tubuh, maka semakin besar pula masalah kesehatan yang diderita. Bisa ditandai dengan adanya gangguan saraf, gangguan penglihatan dan gangguan koordinasi tubuh. Pada janin dan anak kecil dapat menyebabkan cerebral palsy dan masalah keterlambatan perkembangan lainnya.

4. Junk Food

Modernitas saat ini kerap membuat sejumlah orang merasa semakin sibuk dan selalu mendambakan kepraktisan, tak terkecuali pada soal pemilihan makanan. Dimana semakin hari semakin banyak orang yang lebih memilih untuk mengonsumsi junk food dibandingkan harus menyiapkan sendiri makanan yang lebih sehat.

Junk food sendiri mengacu pada sekelompok makanan yang rendah gizi alias minim nutrisi, seperti vitamin, mineral dan serat. Belum lagi, makanan jenis ini tinggi akan kandungan lemak jenuh dan lemak trans didalamnya. Itu mengapa, sebaiknya kebiasaan rutin menyantap junk food segera ditinggalkan.

Selain meningkatkan risiko obesitas, terlalu sering mengonsumsi junk food berkontribusi besar terhadap penurunan kesehatan otak yang dapat berakibat pada banyak masalah seperti gangguan mental dan gangguan kognitif.

5. Alkohol

Studi teranyar menyatakan bahwa tak ada batasan aman dalam urusan konsumsi alkohol harian. Temuan ini sekaligus membantah penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah moderat memiliki manfaat bagi kesehatan.

Menurut para ahli, konsumsi alkohol terlebih dalam jangka panjang memiliki efek serius terhadap otak seperti pengurangan volume otak, perubahan metabolisme dan gangguan neurotransmitter yang akan mempengaruhi sikap, emosi dan perilaku.

Seseorang yang kecanduan alkohol juga sering dijumpai mengalami defisiensi thiamin (vitamin B1). Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan otak yang disebut dengan ensefalopati Wernicke yang pada gilirannya dapat berkembang menjadi sindrom Korsakoff. Dimana penderitanya dapat mengalami masalah penglihatan, kehilangan keseimbangan dan koordinasi (ataksia), halusinasi serta kehilangan daya ingat secara mendalam.

#