Jangan anggap remeh, kenali berbagai penyebab dan cara mengatasi cegukan terus-menerus.
Hampir semua orang rasanya pernah mengalami cegukan. Hal sepele yang terlihat cukup lucu bagi orang lain namun terasa begitu menjengkelkan bagi yang mengalaminya. Umumnya, kita tak perlu bersusah payah dalam mencari cara guna meredam cegukan yang dialami. Lantaran hal ini dapat berlalu begitu saja dengan sendirinya.
Namun dalam beberapa kasus, ada sejumlah orang yang terpaksa harus berurusan dengan cegukan terus-menerus. Tak lagi dalam hitungan detik atau sekian menit, namun bertahan hingga lebih dari 48 jam. Lantas, apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi cegukan terus-menerus seperti ini?
Penyebab cegukan terus-menerus yang mungkin dialami
Pada dasarnya, cegukan merupakan refleks tak sadar yang terjadi akibat kontraksi diafragma secara tiba-tiba. Menyebabkan udara terlalu cepat masuk ke dalam paru-paru sehingga glotis – ruang antara pita suara- tertutup dan menimbulkan suara ‘hik’.
Kontraksi dari otot diafragma secara tiba-tiba ini biasanya hanya bersifat sementara dengan sejumlah pemicu yang kerap berasal dari kebiasaan makan terlalu cepat atau terlalu banyak, konsumsi minuman berkarbonasi dan refleks emosional seperti histeria atau menangis.
Kendati demikian, cegukan juga dapat terjadi secara terus-menerus yang disebut dengan singultus persisten. Berbeda dengan cegukan pada umumnya, cegukan seperti ini dapat berlangsung hingga lebih dari 48 jam. Bahkan berpotensi besar menyebabkan penderitanya mengalami gangguan tidur, kelelahan fisik hingga depresi.
Penyebab singultus persisten ini sendiri tak lagi terkait dengan hal sepele, namun mengindikasikan sejumlah kondisi medis tertentu yang terbilang serius. Beberapa diantaranya yakni:
- Kerusakan atau peradangan pada saraf vagus & saraf frenikus. Pemicunya antara lain seperti rusaknya gendang telinga, benjolan di leher, penyakit GERD, radang tenggorokan dan radang pita suara.
- Gangguan pada sistem saraf pusat. Beberapa contohnya seperti radang otak, meningitis, multiple sclerosis (MS), stroke, cedera otak traumatis dan tumor.
- Gangguan metabolisme dan obat-obatan. Misal seperti alkoholisme (kecanduan alkohol), diabetes, ketidakseimbangan elektrolit, penyakit ginjal dan obat-obatan seperti obat anestesi, obat penenang atau obat anticemas dan obat steroid.
Terdapat sejumlah cara mengatasi cegukan terus-menerus
Sebenarnya, pengobatan paling tepat dari masalah cegukan terus-menerus ini adalah dengan mencari tahu penyebab pastinya dahulu melalui riwayat klinis menyeluruh, pemeriksaan fisik dan beberapa tes tambahan yang mungkin diperlukan. Oleh karenanya, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami cegukan yang berkepanjangan.
Adapun beberapa pilihan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini diantaranya adalah:
1. Pengobatan Konservatif
Cara mengatasi cegukan terus-menerus yang pertama kali dapat dilakukan yakni melalui pengobatan rumahan. Pilihan paling efektif yang disarankan para ahli adalah dengan menerapkan teknik supra-supramaximal inspiration.
Caranya, pertama ambil napas dalam-dalam, tahan selama 10 detik. Lalu, masih dalam posisi menahan napas, ambil napas kecil kembali dan tahan selama 5 detik. Terakhir, lakukan hal yang sama seperti langkah kedua. Kemudian, barulah hembuskan napas perlahan-lahan semuanya melalui mulut. Lakukan kesemua tahapan ini secara berulang.
Beberapa pilihan lainnya yang dapat dilakukan yakni:
- Bernapas menggunakan kantong kertas.
- Minum air putih dengan posisi badan membungkuk ke depan.
- Duduk tegak sembari memeluk lutut selama 2 menit.
- Letakkan ½ sdt gula pasir di lidah, tunggu beberapa saat hingga meleleh lalu telan.
- Ambil satu irisan tipis lemon, kemudian hisap-hisap layaknya permen.
- Paksakan untuk bersendawa atau seperti memuntahkan makanan.
- Cobalah hipnosis atau akupunktur.
2. Konsumsi Obat-Obatan
Dokter dapat meresepkan obat untuk pasien dengan cegukan persisten yang juga telah mengalami beberapa masalah lainnya seperti kesulitan makan dan kehilangan berat badan, mengalami gangguan tidur dan menunjukkan tanda atau gejala depresi klinis.
Obat-obatan tersebut diantaranya seperti Baclofen (pelemas otot), Klorpromazin (obat antipsikotik), Haloperidol (obat antipsikotik), Metoclopramide (obat untuk mual muntah) dan Gabapentin yang awalnya digunakan untuk mengobati epilepsi, namun sekarang diresepkan untuk mengatasi nyeri neuropatik dan cegukan.
3. Menjalani Prosedur Operasi
Jika pengobatan konservatif dan konsumsi obat-obatan belum juga dapat meredakan cegukan persisten yang dialami, maka upaya terakhir yang dapat dilakukan adalah melalui jalan operasi.
Misal dengan prosedur penyuntikkan langsung anestesi atau obat bius ke saraf frenikus (partial resection of the phrenic nerve) atau melalui terapi stimulasi saraf vagus (SSV) dengan cara menanamkan perangkat listrik khusus ke dinding dada pasien guna menstimulasi saraf vagus.
Pada akhirnya, cegukan dalam sebagian besar kasus bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan dan dapat diatasi dengan mudah dalam waktu singkat. Namun tak menutup kemungkinan, cegukan juga dapat menjadi momok menakutkan bagi penderitanya lantaran terjadi secara terus-menerus, sulit dihentikan hingga memengaruhi kualitas hidup sehari-hari.
Maka jangan tunda kunjungan ke dokter ahli saat menjumpai masalah cegukan berkepanjangan lebih dari 48 jam, terlebih disertai pula dengan sejumlah keluhan lainnya. Karena hal tersebut dapat menjadi pertanda dari kondisi medis serius.