Keputusan untuk menyapih anak memang tidaklah mudah. Banyak hal-hal yang biasanya Bunda pikirkan sebelum menyapih anak, seperti menentukan waktu yang tepat atau bingung bagaimana untuk memulainya. Lantas, bagaimana cara menyapih anak yang benar?
Kebanyakan para orang tua mungkin melakukan beberapa cara tradisional untuk menyapih anak. Seperti mengoleskan sesuatu yang pahit pada puting payudara Bunda atau mengoleskan rempah-rempahan yang dapat membuat bayi tidak tertarik. Padahal cara ini terkesan memaksa si bayi untuk berhenti menyusui.
Untuk menghindari hal yang tidak baik seperti di atas, maka Bunda perlu melakukan cara menyapih yang benar. Namun sebelum itu, Bunda harus memperhatikan waktu yang tepat kapan mulai menyapih anak. Berikut hal-hal yang perlu Bunda ketahui.
Menentukan Waktu Menyapih yang Tepat
Usia Penyapihan Anak
Sebenarnya tidak ada ketentuan atau aturan mengenai waktu menyapih, namun alangkah bijaksananya bila orang tua menyapih anak setelah bayi sudah bisa mengkonsumsi makanan selain ASI. Pemberian ASI di mulai sejak sang buah hati berusia 0 bulan sampai 24 bulan. Saat usia sang buah hati kurang dari enam bulan, sang buah hati hanya boleh mengkonsumsi ASI eksklusif untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Menurut undang-undang Kesehatan pasal 128 UU No. 36 Tahun 2009, ”Tiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis”, selain itu WHO (World Healt Organization) dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) mengeluarkan kebijakan untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.
Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Brittni Frederiksen waktu menyapih yang lebih cepat atau lambat dapat berkaitan erat dengan risiko penyakit diabetes tipe 1”. Dengan demikian sudah terbayang ya Bunda, kapan memilih waktu yang tepat untuk menyapih anak.
Kondisi Anak dalam Keadan Sehat
Sebaiknya tunda sementara keinginan untuk menyapih apabila sang buah hati sedang sakit. Menyapih anak saat kondisinya sedang sakit, kurang efektif dikarenakan anak yang terus menerus rewel. Di samping itu, menyapih ketika dalam kondisi tidak sehat malah justru akan memperburuk kondisi bayi.
Kesedian Ibu dan Anak
Keinginan orang tua untuk melakukan penyapihan, terkadang dilakukan dengan sedikit pemaksaan. Hal ini tak jarang membuat sang buah hati menjadi tertekan.
Ketika Bunda telah menentukan keinginan menyapih anak, perhatikan juga keinginan sang buah hati. Kesediaan Ibu dan Anak dalam melakukan kegiatan menyapih sangat membantu. Tunda sementara waktu penyapihan jika sang buah hati masih sulit untuk dilakukan penyapihan.
Penyapihan sementara terkadang juga dilakukan, jika Bunda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu yang mungkin dapat terpapar melalui ASI.
Cara Menyapih Anak dengan Benar
Jika usia bayi telah mencukupi untuk lepas dari ASI ekslusif, bayi tidak memiliki masalah dengan kesehatan serta bayi dapat di ajak untuk memulai penyapihan, maka bunda boleh melakukan penyapihan.
Berikut beberapa cara yang dapat Bunda lalukan untuk memulai menyapih anak:
Lakukan Secara Bertahap
Saat ingin memulai menyapih anak, Bunda sebaiknya jangan terburu-buru. Melakukan penyapihan secara bertahap dapat lebih memudahkan bayi untuk disapih karena bayi perlahan akan mulai terbiasa. Selain itu, menyapih secara bertahap dapat mengurangi resiko pembengkakan payudara, akibat terlalu cepatnya menghentikan produksi ASI.
Misalnya dalam sehari si kecil dapat menyusu sebanyak 3 kali, pada minggu pertama coba ajarkan agar bayi meminum ASI hanya 2 kali. Jadwal atau aturan penyapihan bisa disesuaikan oleh Ibu sendiri.
Bunda dapat menggantikan pemberian ASI dengan memberikan susu formula atau jus secara bertahap dengan menggunakan cangkir. Hindari penggunaan dot atau botol susu. Penggunaan botol susu terlalu cepat dapat menimbulkan kerusakan pada gigi dan justru dapat membuat sang buah hati nantinya sulit untuk lepas dari dot.
Mengalihkan Perhatian Bayi
Jika Bayi memiliki kebiasaan menyusui sebelum tidur, Bunda dapat mengalihkan perhatian si bayi dengan membacakan dongeng, mendengarkan atau menyanyikan lagu kesukaannya. Dengan demikian bayi tidak tergantung untuk disusui sebelum tidur. Cara ini juga berfungsi ketika anak menolak untuk disapih. Bunda dapat mengalihkan perhatiannya dengan mengajaknya bermain atau mengajaknya berinteraksi dengan orang lain.
Berkomunikasi dengan Buah Hati
Meskipun anak belum dapat berkomunikasi secara langsung, namun sang buah hati sudah dapat mengenali apa yang Bunda lakukan. Cobalah ajak anak berkomunikasi melalui lisan sebagai penekanan bahwa tidak boleh menyusu sementara disertai isyarat tubuh dan ekspresi wajah.
Bunda boleh saja tegas pada sang buah hati, namun Bunda juga harus memberikan interaksi pada anak. Dengan sentuhan atau pelukan akan membuat sang buah hati merasa nyaman. Contohnya seperti mengelus kepala sang buah hati sambil berkata “sayang nanti yah minum susunya, main ini dulu yuu…,” kata ini bisa memberikan penekan secara halus pada sang buah hati.
Catatan Penting Saat Menyapih Anak:
- Pada saat menyapih anak terkadang payudara terasa nyeri dan bengkak. Jika hal ini terjadi, Bunda dapat mengompres payudara dengan air dingin atau mengeluarkan ASI secara manual dan menyimpannya di gelas untuk diberikan pada sang buah hati.
- Jika Bunda tidak merasa tega untuk tidak memberikan ASI. Jangan lakukan secara terburu-buru untuk memberikan air susu ibu ketika bayi menangis dan meminta, tunggulah beberapa saat. Jika bayi langsung diberi ASI ketika bayi menangis, akan sulit untuk melakukan penyapihan lagi karena sudah terlanjur manja.
- Cara menyapih anak yang baik dilakukan bertahap. Mulai dari mengulur waktu pemberian ASI sampai mengalihkan perhatiannya. Namun jika saat mengulur waktu memberikan ASI, bayi tidak menangis lagi, jangan berikan ASI pada bayi.