Teruntuk Bunda yang gemar menyantap jengkol, yuk simak penjelasan mengenai boleh tidaknya ibu hamil makan jengkol.
Selama masa kehamilan, ibu hamil dituntut untuk benar-benar memenuhi kebutuhan gizi lewat asupan makanan guna menjamin kesehatan diri sendiri dan janin dalam kandungan. Oleh karena itu, tak sembarangan makanan yang dapat dikonsumsi saat tengah berbadan dua.
Namun seperti yang diketahui, Indonesia memiliki beragam jenis makanan unik yang akrab di lidah masyarakat kebanyakan, salah satunya jengkol. Dengan berbagai macam bumbu khas nusantara, jengkol pun dapat disulap menjadi berbagai bentuk olahan makanan yang menggoda selera. Lantas yang menjadi pertanyaan, apakah boleh ibu hamil makan jengkol?
Sekilas seputar jengkol dan manfaatnya bagi kesehatan
Jengkol (Archidendron pauciflorum) merupakan tumbuhan khas dari daerah tropis Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Myanmar dan Thailand. Masyarakat Indonesia biasa memanfaatkan biji jengkol sebagai bahan pangan, baik itu dengan cara dimasak terlebih dahulu atau dimakan segar sebagai lalapan.
Sialnya, tanaman satu ini acap kali dipandang sebelah mata dan mendapat stigma negatif lantaran dapat menghasilkan bau khas setelah dikonsumsi. Padahal, bila diolah dengan benar, jengkol dapat dijadikan menu makanan lezat dan bau menyengat yang dihasilkannya pun dapat dihilangkan.
Selain itu, rupanya jengkol termasuk salah satu tanaman yang memiliki kandungan antioksidan dalam jumlah tinggi. Sebagaimana diketahui, kehadiran antioksidan sangat dibutuhkan tubuh, terutama untuk menangkal efek buruk radikal bebas.
Jengkol juga merupakan sumber protein yang baik, terdapat sekitar 23,3 gram protein per 100 gram biji jengkol. Bagi ibu hamil, asupan makanan tinggi protein sangat dibutuhkan sebagai sumber kalori, memperbaiki jaringan tubuh, membentuk antibodi dan banyak lagi.
Beberapa nutrisi lainnya yang terdapat dalam jengkol dan dibutuhkan bagi ibu hamil, yakni vitamin C, vitamin A, vitamin B1, zat besi, kalsium, fosfor, lain sebagainya.
Bahkan, dalam sejumlah penelitian disebutkan bahwasanya senyawa flavonoid dan turunan polifenol pada jengkol berkhasiat dalam menurunkan kadar gula darah. Cara kerjanya yakni dengan memberikan efek parasimpatomimetik (efek stimulasi pada saraf parasimpatik dengan merangsang pelepasan insulin oleh sel β pankreas).
Jadi, bolehkah ibu hamil makan jengkol?
Melihat kandungan dan manfaat jengkol bagi kesehatan, nampaknya mengonsumsi jengkol termasuk saat sedang hamil tak menjadi masalah. Pasalnya, jengkol menawarkan beragam nutrisi yang dapat menunjang kesehatan ibu hamil juga janin dalam kandungan.
Termasuk protein sebagai salah satu sumber kalori, zat besi untuk menggenjot produksi sel darah merah selama kehamilan serta kalsium dan fosfor yang berperan penting dalam mendukung pembentukan juga kesehatan tulang dan gigi ibu hamil serta janin yang dikandungnya.
Namun demikian, tak berarti ibu hamil dapat menikmati jengkol sesuka hati. Ada hal penting yang perlu diperhatikan, yakni mengonsumsinya secara bijak alias tidak berlebihan. Batas aman yang disarankan beberapa pakar kesehatan yakni, sekitar 3 biji jengkol untuk sesekali waktu.
Pasalnya, jengkol mengandung asam amino tak biasa yang disebut dengan asam jengkolat. Pada pH darah normal, asam jengkolat mungkin masih terbilang aman, namun bila cenderung asam (pH<7), maka asam jengkolat ini dapat membentuk kristal tak larut yang dapat mengendap dalam ginjal. Orang Indonesia biasa menyebutnya dengan jengkolan.
Efek toksik yang ditimbulkannya beragam, mulai dari kram atau nyeri perut hebat, susah atau sakit saat buang air kecil, hematuria, hingga paling parah yakni gagal ginjal bahkan kematian. Reaksi setiap orang tentu akan berbeda-beda, tergantung tingkat kesensitifan mereka pada asam jengkolat tersebut.
Maka dari itu, konsumsilah jengkol sewajarnya saja, terlebih bagi yang memiliki riwayat gangguan ginjal. Dengan demikian, manfaat dan cita rasa jengkol yang khas dapat terus dinikmati tanpa perlu khawatir akan dampak negatifnya. Ingat, segala sesuatu yang berlebihan tak pernah baik.