Sebagai orang tua, apa reaksi Anda ketika menyaksikan buah hati muntah-muntah? Tentu terbesit dalam benak Anda sebenarnya apa yang menyebabkan bayi sering muntah dan apa yang harus dilakukan untuk meredakan penderitaannya itu.
Sering kali orang tua mengira bahwa muntah dan gumoh merupakan sesuatu yang sama. Padahal keduanya berbeda. Gumoh merupakan keluarnya susu pada saat bayi minum susu atau setelahnya. Kondisi ini sering terjadi pada bayi di bawah usia enam bulan.
Lain halnya dengan muntah yang merupakan keluarnya cairan dari dalam perut dengan jumlah cukup banyak. Diikuti dengan adanya kontraksi pada dinding perut atau adanya rasa mual. Hal ini bisa terjadi hingga usia dewasa.
Kenali Penyebab Bayi Sering Muntah
Muntah pada bayi tentunya membuat para orang tua khawatir dan bingung. Muntah memang bisa terjadi kapan saja dan bisa di akibatkan oleh banyak hal . Oleh karena itu, sebelum beranjak ke pembahasan cara mengatasi bayi sering muntah, simak dulu apa saja penyebabnya:
# Gangguan pada Sistem Pencernaan
Masalah pencernaan yang sering terjadi pada bayi adalah GERD. Di kutip dari livestrong.co , menurut The National Digestive Diseases Information Clearinghouse Lebih dari sebagian bayi mengalami Gastroesophageal reflux (GERD). Salah satu ciri dari masalah ini, yaitu bayi sering muntah dan menolak untuk makan atau menyusu. Akibat rasa sakit atau perih pada tenggorokan dan dada.
# Alergi Susu
Kasus muntah akibat alergi susu memang jarang terjadi. Dua sampai delapan persen bayi mengalami alergi susu. Salah satu cirinya adalah bayi mengalami muntah dan disertai bintik merah dengan rasa gatal pada kulit dan sampai mengalami sesak napas.
# Konsumsi Makanan atau Susu yang Berlebihan
Pemberian ASI, susu formula, atau makanan pendamping lainnya, jika diberikan secara berlebihan dapat membuat isi lambung bayi keluar. Hingga akhirnya dapat menyebabkan muntah pada bayi.
# Infeksi
Bayi bisa mengalami infeksi perut. Salah satunya adalah gastroentritis. Jenis infeksi tersebut, dapat mengakibatkan muntah. Tingkat keparahannya berbeda-beda. Biasanya disertai dengan diare. Pada kasus ini bayi akan kehilangan napsu makannya. Membuat berat badan bayi menjadi turun. Dapat juga disertai dengan demam. Gastroenteritis dapat menyebar melalui mengkonsumsi makanan dan/atau minuman yang terkontaminasi. Jenis infeksi lainnya juga dapat menyebakan bayi mengalami muntah.
# Virus
Adanya rorovirus dapat membuat bayi keracunan makanan. Hampir pada semua orang maupun bayi, apabila mengalami keracunan dapat dicirikan dengan adanya muntah. Makanan yang terkontaminasi virus juga dapat membantu penyebarannya.
Virus yang paling sering menyerang bayi adalah rotavirus. Cirinya selain muntah adalah bayi mengalami diare. Dimana feses menjadi cair yang bisa mengakibatkan bayi mengalami dehidrasi (kurang cairan) dan demam.
# Mabuk Perjalanan
Perjalanan yang jauh dapat membuat perut bayi mengalami mual dan muntah. Baik dengan menggunakan kendaraan roda dua atau tiga. Pada perjalanan darat, laut atau pun udara.
# Kelainan Bawaan Bayi
Stenosis pilorus merupakan kelainan pada bagian lambung bayi. Membuat makanan tidak dapat disalurkan ke pencernaan bayi. Kelainan ini dapat membuat bayi mengalami muntah.
Pada bayi baru lahir apabila bayi mengalami muntah terus menerus. Selain itu, perut bayi biasanya akan mengalami pembengkakan dan bayi merasa sakit perut. Ada kemungkinan bayi mengalami gangguan ini dan harap segera periksa ke dokter. Jika dibiarkan akan menjadi masalah yang serius, seperti pertumbuhan bayi terhambat, dehidrasi (kekurangan cairan), dan yang lainnya.
# Penyakit Lainnya
Infeksi saluran pernapasan, Infeksi telinga, infeksi saluran kemih, pneumonia (peradangan paru), radang usus buntu meningitis (infeksi pada selaput pelindung otak dan saraf otak). Merupakan penyakit dengan gejala muntah.
Cara Mengatasi Bayi sering Muntah
Setelah mengetahui penyebabnya, sekarang bagaimana cara mengatasi bayi sering muntah? Berikut caranya:
- Ketika bayi mengalami muntah, ubah posisi bayi ke kanan atau ke kiri (miring). Tujuannya agar bayi tidak tersedak atau mengalami aspirasi akibat cairan, juga mengantisipasi masuknya kembali cairan ke paru-paru bayi.
- Apabila bayi mengalami muntah akibat pemberian makanan pendamping ASI, hentikan sementara pemberian makanan.
- Jika bayi mengalami muntah karena alergi susu formula, hentikan pemberian susu. Bunda dapat beralih ke ASI atau berkonsultasi pada dokter sebagai gantinya.
- Istirahatkan bayi untuk sementara setelah bayi mengalami muntah.
- Berikan minuman atau makanan untuk memenuhi kebutuhan bayi, jika frekuensi muntah mulai berangsur baik atau berkurang.
- Menggendong bayi dan posisikan bayi tegak, agar muntah tidak masuk ke dalam saluran pernapasan atau paru-paru
- Jika bayi sudah bisa memakan makanan pendamping asi, berikan makanan dengan tekstur lembut.
- Berikan ASI atau makanan pada bayi dengan posisi yang benar, agar bayi tidak muntah lagi.
- Muntah akibat keracunan makanan, segera bawa bayi ke tenaga kesehatan yang terdekat.
- Apabila bayi muntah, karena mengalami mabuk perjalanan. Hentikan perjalanan dan berikan udara yang segar, hingga bayi membaik.
- Bunda dapat membantu mengeluarkan muntah bayi. Dengan menundukan kepala bayi ke bawah, muntah pada bayi dapat terselesaikan.
- Sendawakan bayi setiap pemberian makanan atau susu.
- Jangan langsung membaringkan bayi setelah memberikan ASI atau makanan pendamping ASI, supaya apa yang telah dimakan tidak kembali keluar.
Bagaimana untuk membedakan muntah yang normal atau tidak?
Muntah tidak normal
- Muntahan bayi berwarna hijau, merupakan pertanda adanya masalah pada organ pencernaan.
- Pada muntah bayi terlihat darah yang terjadi terus menerus setiap kali bayi muntah.
- Muntah disertai dengan pembengkakan perut.
- Bayi terlihat kesakitan.
- Muntah terjadi terus menerus.
- Bayi tidak mau makan atau menyusui dan mengalami dehidrasi.
- Disertai demam atau diare, dan yang lainnya.
Muntah Normal
Bayi mau menyusui, bayi dalam keadaan sadar dan tidak terjadi dehidrasi. Muntah berangsur membaik dengan sendirinya.
Catatan :
- Setelah menangani muntah pada bayi, Bunda dapat membawa sang buah hati ke dokter untuk mencari tahu penyebab pastinya.
- Jangan memberikan atau membelikan obat tanpa adanya resep dari dokter.