CTM obat apa?
CTM adalah obat yang digunakan untuk meredakan berbagai gejala alergi seperti pada rhinitis alergi, urtikaria (galigata atau biduran), pilek akibat alergi, hay faver, serta pengaruh penggunaan obat sulfonamida atau penicillin. Obat ini masuk dalam kategori obat bebas terbatas yang dapat dikonsumsi tanpa resep dokter namun tetap harus sesuai dosis anjuran yang tertera di kemasan obat.
CTM mengandung bahan aktif chlorpheniramine maleate, senyawa antihistamin generasi pertama yang dapat menghambat kerja histamin endogen (histamin yang diproduksi tubuh). Penurunan histamin endogen akan mengurangi sementara gejala-gejala negatif yang disebabkan oleh histamin seperti, ruam kulit, peradangan, bersin-bersin, hidung meler, mata berair yang merupakan gejala-gejala alergi.
Ringkasan Obat CTM
Kandungan | Chlorpheniramine maleate |
Jenis obat | Antihistamin |
Kategori | Obat bebas terbatas (kemasan strip), obat keras (kemasan botol) |
Kegunaan | Mengobati berbagai gejala alergi seperti pada rhinitis alergi, urtikaria, common cold, asma bronkial, dan hay faver |
Konsumen | Dewasa dan anak-anak |
Kehamilan | Kategori B (boleh dengan syarat) |
Produsen | Pim Pharmaceuticals |
Harga | Rp. 2.000 per strip isi 10 tablet, per box isi 10 strip |
Cara Kerja dan Fungsi Obat CTM
Fungsi CTM dalam tubuh yaitu sebagai penekan aktivitas hisatamin alami tubuh. Histamin adalah senyawa kimia yang diproduksi tubuh jika mengalami infeksi atau alergi yang dipicu oleh bahan asing yang masuk ke dalam tubuh. Produksi histamin yang tinggi dalam tubuh akan memicu peradangan atau reaksi alergi lainnya.
Bahan aktif CTM berupa chlorpheniramine maleate berfungsi menekan produksi histamin dengan cara berikatan dengan reseptor histamin H1 di saluran pencernaan dan pembuluh darah. Akibatnya produksi histamin endogen tubuh berkurang sekaligus juga mengurangi gejala negatif yang ditimbulkan berupa gejala alergi.
Indikasi dan Kegunaan CTM
CTM digunakan untuk mengatasi berbagai gejala alergi yang disebabkan oleh beberapa kondisi berikut ini:
- Rhinitis alergi.
- Flu akibat alergi.
- Urtikaria (galigata atau biduran).
- Asma bronkial.
- Hay faver.
Kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:
- Orang dengan riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap chlorpheniramine atau jenis antihistamin lainnya.
- Penderita penyakit asma akut, glaukoma sudut sempit, penderita obstruksi leher kandung kemih, hipertrofi prostat serta ulkus peptikum stenosis.
- Pasien yang sedang diterapi dengan obat MAOI.
Dosis CTM dan Aturan Pakai
Peringatan! Pastikan dosis yang Anda gunakan sesuai dengan instruksi dokter dengan mempertimbangkan keparahan penyakit, usia, berat badan, dsb. Dosis yang tertera di sini adalah dosis umum.
Dosis CTM untuk meredakan gejala-gejala alergi
- Dosis dewasa: ½ – 1 tablet, 3 – 4 kali sehari. Maksimal 24 mg per hari.
- Dosis anak-anak:
- Umur 1 – 2 tahun: ¼ tablet atau 1 mg dua kali sehari. Maksimal 4 mg per hari.
- Umur 2 – 5 tahun: 1 mg 3 – 4 kali sehari. Maksimal 6 mg per hari.
- Umur 6 – 12 tahun: 2 mg 3 – 4 kali sehari. Maksimal 12 mg per hari.
- Lebih dari 12 tahun sama dengan dosis dewasa.
Aturan pakai:
- Gunakanlah obat ini setelah atau sebelum makan.
- Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
- Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
- Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis CTM pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.
Efek Samping CTM
CTM umumnya ditoleransi baik oleh tubuh. Namun demikian, ada efek samping yang perlu diperhatikan. Efek samping CTM meliputi:
- Sakit kepala.
- Mengantuk.
- Mulut kering.
- Mual dan muntah.
- Nyeri perut.
- Diare.
- Kesulitan berkemih.
- Penglihatan kabur.
Efek Overdosis CTM
Penggunaan dosis tinggi melebihi anjuran dapat menyebabkan overdosis. Gejala overdosis CTM dapat berupa sedasi, kejang, apnea, reaksi distonik yang memicu otot bergerak diluar sadar, aritmia, hingga kolaps jantung. Jika kondisi ini terjadi segera melapor ke dokter Anda.
Peringatan dan Perhatian
Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-hal dibawah ini:
- Sampaikan pada dokter atau apoteker Anda jika pernah mengalami reaksi alergi saat mengonsumsi chlorpheniramine atau antihistamin lainnya.
- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita epilepsi karena dapat memicu kejang, penderita glaukoma, hipertrofi prostat, penyakit jantung iskemik atau hipertensi, retensi urin, bronkitis, bronkiektasis, serta tirotoksisitas.
- Perhatian lebih harus diberikan untuk penggunaan pada anak-anak dan lansia serta ibu hamil dan menyusui.
Kehamilan dan Menyusui
Bolehkah CTM untuk ibu hamil?
Bahan aktif CTM berupa chlorpheniramine digolongkan sebagai obat kategori B untuk ibu hamil. Hal itu berarti studi Studi pada sistem reproduksi hewan percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penggunaan obat ini selama kehamilan dianggap cukup aman asalkan sesuai dosis anjuran. Untuk keamanan sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda setiap obat yang Anda konsumsi selama masa kehamilan.
Bolehkah CTM untuk ibu menyusui?
Belum ada data yang menunjukkan apakah bahan aktif CTM dapat masuk dan mengontaminasi ASI ibu menyusui. Oleh karena itu obat ini dapat dikonsumsi ibu menyusui, namun karena beberapa jenis histamin lainnya dapat masuk mengontaminasi ASI maka disarankan untuk tetap berhati-hati dan memperhatikan efek samping yang mungkin diderita bayi yang menyusu. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda sebelum mengonsumsi obat selama masa menyusui.
Interaksi Obat
Hati-hati saat menggunakan CTM bersamaan dengan obat lain. Interaksi dapat terjadi antara CTM dengan obat-obat berikut:
- Phenytoin, meningkatkan efek toksisitas dari phenytoin.
- Cetrizine, diphenhydramine, meningkatkan risiko efek samping obat.
- Obat jenis hipnotik, ansiolitik, analgetik opioid, neuroleptik, meningkatkan efek sedasi dari CTM.
- MAOI, meningkatkan efek antikolinergik dari MAOI yang dapat berakibat fatal (kontraindikasi terhadap CTM).